(Doc.Tim T.I)
Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
Pembelajaran SETS adalah sebuah pendekatan atau model pembelajaran yang mengintegrasikan empat unsur utama: Sains (Science), Lingkungan (Environment), Teknologi (Technology), dan Masyarakat (Society). Pendekatan ini berlandaskan pada gagasan bahwa siswa akan memiliki kemampuan memandang suatu materi atau fenomena dengan cara yang holistik, yaitu dengan mengintegrasikan keempat unsur tersebut. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi sains dan kaitannya dengan kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran SETS, topik atau permasalahan yang dibahas diangkat dari isu-isu yang relevan dan aktual di masyarakat, kemudian dihubungkan dengan konsep sains, pemanfaatan teknologi, serta dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Robert Yager adalah tokoh yang pertama kali mengembangkan model pembelajaran SETS pada tahun 1985.
Tujuan:
Tujuan utama pembelajaran SETS adalah:
- Membantu siswa memahami sains secara mendalam: Tidak hanya sekadar menghafal konsep, tetapi juga memahami bagaimana sains berkembang dan bagaimana ia berinteraksi dengan aspek lain kehidupan.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah: Siswa dilatih untuk menggunakan potensi pikirannya secara maksimal dalam menghadapi dan memecahkan masalah sehari-hari.
- Memberikan pemahaman tentang peranan lingkungan terhadap sains, teknologi, dan masyarakat: Siswa diajak untuk menyadari pentingnya menjaga lingkungan dan bagaimana lingkungan memengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
- Memberikan pemahaman tentang peranan masyarakat dalam perkembangan sains dan teknologi: Siswa diajak untuk melihat bagaimana kebutuhan dan masalah di masyarakat mendorong perkembangan sains dan teknologi.
- Meningkatkan keterampilan berkomunikasi: Baik secara lisan maupun tulisan, siswa didorong untuk mengkomunikasikan ide dan temuan mereka.
- Mengembangkan kreativitas: Siswa diajak untuk berpikir inovatif dan menghasilkan solusi-solusi baru.
- Menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan: Karena lingkungan menjadi salah satu fokus utama, siswa diharapkan memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap isu-isu lingkungan.
- Menghubungkan teori dengan aplikasi di dunia nyata: Pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa.
Manfaat:
Penerapan pembelajaran SETS memberikan berbagai manfaat, antara lain:
- Meningkatkan hasil belajar: Baik dari segi kognitif (pemahaman konsep), afektif (sikap ilmiah, kepedulian), maupun psikomotor (keterampilan proses sains).
- Mengembangkan keterampilan proses sains: Siswa dilatih untuk mengamati, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menyimpulkan, dan memecahkan masalah.
- Meningkatkan kemampuan berpikir kritis: Siswa diajak untuk menganalisis masalah, mengevaluasi informasi, dan membuat keputusan yang logis.
- Meningkatkan kreativitas siswa: Siswa didorong untuk menghasilkan ide-ide baru dan solusi inovatif.
- Membentuk lulusan yang memiliki kemampuan penalaran dan kekomprehensifan pemikiran: Siswa mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mengintegrasikan berbagai pengetahuan.
- Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan: Karena isu lingkungan menjadi bagian integral dari pembelajaran.
- Menjadikan pembelajaran lebih kontekstual dan relevan: Materi pelajaran tidak terasa abstrak, tetapi memiliki kaitan langsung dengan kehidupan siswa.
- Meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar: Siswa lebih menyukai praktik langsung dan aktif dalam proses pembelajaran.
Implementasinya dalam Pembelajaran:
Implementasi pembelajaran SETS dapat dilakukan di berbagai jenjang pendidikan, terutama pada mata pelajaran sains (IPA, Biologi, Fisika, Kimia) dan bahkan dapat diintegrasikan ke mata pelajaran lain yang relevan. Berikut adalah contoh implementasinya:
Pemilihan Topik: Pilih topik yang memiliki keterkaitan kuat dengan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Contohnya: “Pengelolaan Sampah di Lingkungan Sekolah,” “Dampak Penggunaan Pestisida terhadap Lingkungan dan Kesehatan,” “Energi Terbarukan dan Aplikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari,” atau “Pencemaran Udara di Perkotaan.”
Tahapan:
Meskipun ada sedikit variasi, tahapan umum dalam pembelajaran SETS seringkali meliputi:
- Invitasi (Invitation):
Tahap ini bertujuan untuk merumuskan masalah atau isu yang relevan dengan topik pembelajaran dan mengetahui hubungannya dengan pengetahuan sebelumnya siswa.
Guru mengemukakan isu/masalah aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat diamati/dipahami oleh peserta didik serta dapat merangsang siswa untuk bisa ikut mengatasinya.
Masalah juga bisa digali dari pendapat atau keinginan siswa yang ada kaitannya dengan konsep yang akan dipelajari.
Contoh implementasi:
Guru bisa memulai dengan menunjukkan berita atau video tentang masalah sampah yang menumpuk di lingkungan sekitar, atau data tentang peningkatan suhu global.
Guru memancing pertanyaan seperti: “Apa yang menyebabkan masalah ini?”, “Bagaimana sains bisa menjelaskan fenomena ini?”, “Teknologi apa yang bisa membantu mengatasi masalah ini?”, “Bagaimana peran kita sebagai masyarakat dalam menyikapi hal ini?”
- Eksplorasi (Exploration):
Siswa melakukan eksperimen, aktivitas fisik, observasi menggunakan panca indera, interaksi sosial (misalnya, terjun ke masyarakat untuk mencari data), dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
Pada tahap ini, siswa aktif mencari informasi dan mengalami langsung proses penemuan.
Contoh implementasi:
Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok.
Setiap kelompok diminta untuk melakukan observasi langsung di lingkungan sekitar sekolah terkait masalah sampah (misalnya, jenis sampah, volume, cara penanganan).
Mereka bisa mencari informasi dari berbagai sumber (buku, internet, wawancara dengan petugas kebersihan, ahli lingkungan, atau masyarakat sekitar) tentang dampak sampah terhadap lingkungan dan kesehatan, serta teknologi yang digunakan untuk mengolah sampah.
Jika memungkinkan, lakukan percobaan sederhana terkait penguraian sampah organik atau pembuatan kompos.
- Solusi/Pengenalan Konsep (Solution/Concept Introduction):
Berisi diskusi yang dipandu oleh guru, di mana siswa aktif bertanya dan berdiskusi untuk meluruskan pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah.
Siswa mulai mengorganisasi informasi yang telah mereka temukan dan membentuk pemahaman konsep.
Pada tahap ini, siswa mengenal dan membangun konsep baru sesuai dengan kondisi setempat.
Contoh implementasi:
Siswa mempresentasikan hasil observasi dan penelusuran informasi mereka.
Guru memfasilitasi diskusi untuk mengaitkan temuan siswa dengan konsep-konsep sains yang relevan (misalnya, ekosistem, rantai makanan, proses dekomposisi, reaksi kimia dalam pengolahan limbah).
Siswa bersama-sama mengidentifikasi solusi-solusi yang mungkin berdasarkan pemahaman sains dan teknologi.
- Aplikasi (Application):
Siswa mendapatkan kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah diperoleh dalam konteks yang berbeda.
Mereka melakukan aksi nyata dalam mengatasi masalah lingkungan atau menerapkan solusi yang muncul pada tahap invitasi.
Misalnya, membuat proyek, presentasi, atau kampanye.
Contoh implementasi:
Setiap kelompok merancang proyek nyata untuk mengatasi masalah sampah di lingkungan sekolah. Misalnya, membuat poster kampanye “Kurangi Sampah Plastik,” merancang tempat sampah terpilah, membuat program daur ulang, atau bahkan memulai proyek pembuatan kompos.
Siswa mempraktikkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, dan pemecahan masalah.
- Evaluasi (Evaluation):
Penilaian terhadap hasil belajar yang telah dilakukan selama penerapan model pembelajaran.
Evaluasi tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).
Contoh implementasi:
Guru menilai laporan proyek siswa, presentasi, partisipasi dalam diskusi, dan produk yang dihasilkan.
Dapat juga dilakukan tes tertulis untuk mengukur pemahaman konsep.
Guru memberikan umpan balik konstruktif dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran.
Dengan implementasi seperti ini, pembelajaran menjadi lebih bermakna, siswa tidak hanya menguasai konsep tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, serta menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. (@fa-diambil dari berbagai sumber)





